Liberalisasi perdagangan terhadap barang dan jasa, jaringan transportasi yang semakin terintegrasi dan perkembangan sistem teknologi informasi dan komunikasi telah menciptakan kesempatan bisnis skala besar dalam dunia perdagangan, industri dan transportasi. Di sisi lain, kondisi di atas telah mendorong tingginya tingkat kompetisi pasar sehingga membuat para pelakunya harus berupaya menyesuaikan strategi bisnis nasional dan regional menjadi strategi global.
Paling tidak sejak empat dekade lalu (1970-an), muncul suatu kecenderungan yang mempertanyakan optimalitas strategi substitusi impor (import substitution) dalam menciptakan struktur industri yang bernilai tambah tinggi dengan memberikan alternatif strategi industri berorientasi ekspor (export oriented industrialization strategy).
Kecenderungan ini selaras dengan perkembangan kawasan ekonomi yang memberikan fasilitas khusus untuk industri manufaktur yang berorientasi ekspor. Negara-negara seperti Hongkong, Korea Selatan dan Singapura adalah beberapa diantara negara yang merupakan pionir dalam hal ini dengan mengembangkan kawasan ekonomi khusus. Perkembangan selanjutnya, kawasan ekonomi yang sebenarnya merupakan suatu ’kawasan nilai-tambah’ ini kemudian populer disebut sebagai Kawasan Bebas (Free Zone) atau Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone) atau FTZ.
Konsep FTZ1 bukanlah hal yang baru, sejak awal abad ke-18, konsep ini telah banyak berkembang di berbagai belahan dunia: Gibraltar (1704), Singapura (1819), Hongkong (1848), Hamburg (1888), dan Copenhagen (1891) (El Shimy, 2008). Perkembangan konsep ini membawa banyak perubahan tentang tujuan, strategi pasar dan aktivitas dalam FTZ sehingga batasan yang jelas tentang evolusi terminologi FTZ semakin tidak nyata. Objektif dari pembentukan FTZ juga bermacam-macam, misalnya sebagai sarana pendukung reformasi ekonomi, pengentasan angka pengangguran, peningkatan penanaman modal asing dan bahkan sebagai sarana eksperimentasi dari sebuah kebijakan ekonomi.Ringkasan evolusi terminologi dalam kerangka FTZ adalah seperti dalam tabel di bawah ini.
Perkembangan konsep FTZ dan pengguna awal
Sumber: Tzannatos, Z. and Kusago, T. (1998), Annex.1
Catatan sumber: berdasarkan survey ILO dan UNCTC (1988)
Nomenklatur:
APO: Asian Productivity Organization
ILO: International Labour Office
OECD: Organisation for Economic Co-operation and Development
UNCTAD: United Nations Conference on Trade and Development
UNCTC: United Nations Centre for Transnational Corporations
UNIDO: United Nations Industrial Development Organisation
USAID: United States Agency for International Development
WEPZA: World Export Processing Zone Association